17 Desember 2012

Aku bukan pilihanmu


Lagi-lagi dia berbicara tentang perempuan itu denganku,dia sibuk bercerita bagaimana prestasinya,bagaimana perempuan itu membantunya menyelesaikan tugasnya,bagaimana perempuan itu mengerti dia. Apa dia buta ? apa dia mati rasa ? tidakkah dia melihat aku ada di depannya berjuang terlihat tegar mendengarnya membicaraan perempuan lain denganku,sudah matikah hatinya sehingga tidak bisa sedikit saja mengerti perasaanku. Dia anggap aku apa selama ini ? Orang yang hanya mempunya status pacar,namun bukan orang yang ada di hatinya ?
Aku menarik nafas,mendengarkan dia tidak memperhatikan ekspresiku “cukup kak” kataku padanya dengan nada,yang aku sendiri terkejut,bisa tenang.
Dia memandangku dengan wajah datarnya,seakan tak mengerti,disaat seperti ini wajah malaikatnya terkadang membuatku luluh,namun kali ini aku tidak seperti biasa,ku rasa aku  harus berbicara denganya.
“Kakak sadar nggak ? setiap pertemuan kita kakak hanya sibuk membahas dia,dia begini,dan dia begitu, aku nggak keberatan kakak curhat,tapi setelah sekian lama aku rasa kakak nggak pernah ngerti perasaanku,kakak nggak pernah peka kalau menyangkut aku,aku ini apa buat kakak ? seorang cewek dengan status sebagai pacar,itu aja kan”
Dia memnatapku beberapa saat sebelum melanjutkan,”Kamu kenapa sih Lun ? lagi ada masalah ? kamu jadi sensi gini,kamu tau kan dia temenku udah lama,cemburu ?”
Aku menatapnya sakit hati,”Iya aku memang cemburu,perempuan mana yang nggak marah pacarnya terus membangga-banggakan perempuan lain,paarnya bercerita tentang perempuan lain,seolah perempuan itu pusat dunianya. Kenapa kakak nggak juju raja sih,kalau kakak lebih peduli dia lebih saying dia ketimbang aku” mataku mulai perih,aku tidak boleh menangis di depannya. Aku berdiri,mengambil tasku “Itu pilihat buat kamu,pilih yang terbaik pakai hatimu,aku nggak tau kenapa kamu dulu memilih aku tapi ku rasa hatimu nggak ada untukku” aku mencoba tersenyum saat keluar dari cafeteria.
Dulu dia menjadi alasanku untuk kuat,menjadi alasanku untuk tetap tegak berdiri,menjadi alasaku bersemangat menghadapi hariku,menjadi alasaku untuk tertawa,dulu ketika aku baru menyentuh permukaan kehidupannya,sekarang dia membuatku bertanya-tanya bingung,sebagai apa aku di kehidupannya,adakah aku diaantara segala hal yang terlintas di otaknya ?
Aku teringat percakapanku dengan sahabatku sejak kecil,kata-kata yang tak mau aku renungkan,karena takut benar,kata-kata yang tak ingin aku dengerkan karena takut akan nyata.
“Apa benar dia peduli sedikit saja padamu ?” katanya sore itu,”Jika dia peduli setidaknya dia menanyakan keadaanmu,sudah 2 hari kamu menghilang lun,apa dia mencarimu ? apa dia pernah sadar kamu harus rutin mengkonsumsi obat?”
Aku hanya bisa diam,pura-pura tidur dan tak mendengar,tapi dia terus berbicara padaku,”apa dia sadar kalau ada banyak bekas jarum suntik di tanganmu,apa dia pernah memperhatikan wajahmu sering pucat ? apa dia pernah peduli akan lengamu yang terkadang lebam sehabis di kemo? Apa dia sadar rambutmu perlahan mulai rontok ? apa dia tau kamu berjuang untuk melawan sakit,tertawa di hadapannya ? Aku tidak pernah mengusikmu sebelumnya,karena aku tau setelah sekian lama ini kamu punya seseorng yang membuatmu bertahan,tapi jika begini ? dia membuatmu lebih tersiksa,aku tau kamu sadar akan hal itu,kenapa tidak kamu lepaskan saja ?”
Aku menutup mataku lebih rapat lagi,menutupi telingaku dengan bantal,agar tidak mendengar lebih banyak lagi “aku sayang dia” kataku lirih
Sekarang aku berfikir kembali,dulu aku begitu senang,aku tau hari-hariku tidak akan sepanjang hari-hari remaja lainnya,aku hanya ingin bahagia untuk sesaat,tapi kebahagiaan itu tak kunjung datang,malah luka yang perlahan tertoreh. Kini aku tau,lebih baik aku melepaskannya,membiarkanya bersama perempuan itu,demi aku dan dia. Walau aku tak tau mengapa dia dulu memilihku,ini keputusanku,aku akan membiarkan dia pergi… sementara aku juga akan pergi ke negri nun jauh di sana menjalani pengobatanku..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar