2 Desember 2012

Pemilik Mata yang teduh itu....

Sore itu di kursi reyot warung kecil d pinggiran jalan desa. Tidak seperti tempat kelahiranku yang hingar bingar,tempatku sekarang menenangkan diri dari rutinitas yang membingungkan sangat tenang dan damai. Senja telah turun,orang-orang yang berlalu lalang sudah cukup lenggang,tidak seperti kotaku yang tidak pernah tidur.

Perjalanan beberapa jam yang lalu sangat berkesan tidak terlupakan. Menginjakan kaki di kota yang sejuk ini membuatku seketika berfikir ingin terus ada di sana,tidak ingin pulang. Menikmati kegiatan penduduk yang bertani,melihat deretan pohon apel yang tumbuh subur d sebelah perumahan penduduk. berjalan lebih jauh lagi aku bisa melihat perkebunan apel dengan tanaman kubis,buah-buah yang tergantung indah di pohonnya,beberapa diantaranya sudah menampakkan semburat merah buahnya,di lereng-lereng bukit yang hijau ada banyak sekali tanaman,wortel,kubis,brokoli bahkan padang liar dan lily terlihat sangat indah di sini,sungainya dingin,menyejukkan kakiku yang sudah lelah menempuh perjalan.

Dari banyakknya orang yang tidak ku kenal hampir semua dari mereka adalah orang-orang yang baik,yang tidak sungkan untuk menyapa terlebih dahulu. Aku duduk di sana mengobrol bersama beberapa temanku,menunggu datangnya malam. Seseorang duduk di sebelahku,orang yang satu rombongan denganku tapi tidak ku tau namanya. Dia tersenyum padaku kemudian menyapa,obrolan kami mengalir,tidak ada beban,kemudian dia pergi,salah seorang temannya memanggilnya,dia hanya melambaikan tangan ke arahku.

Percakapanku singkat,tanpa ku tau namanya dia telah menggoreskan sesuatu pada diriku,tatapan teduhnya membuatku lebih merasa nyaman di tempat yang asing ini,kata-katanya lebut mengalun pada telingaku,dia memiliki senyum yang tulus.

Kegiatan malam yang kami lakukan di tempat ini banyak,duduk duduk di depan api unggun,menyanyi bersama. Dentingan gitar yang lembut di dampingi oleh pemandangan lampu-lampu kota di malam hari membuatku ingin waktu berhenti di sini saja. Dia dengan tatapan teduhnya duduk berjauhan denganku mengobrol dengan temannya,sesekali dia tersenyum,hingga akhir malam tidak ada kesempatan untukku menanyakan siapa namanya...

Pagi berikutnya aku melihat pemandangan ciptaaan tangan tuhan yang sangat jarang aku temui,matahari malu-malu terbit dari balik bukit,berkas-berkas cahaya jingganya memenuhi cakrawala timur,pesona alam yang tepat untuk mengawali pagi. Dengan nyawa yang belum terkumpul semua aku duduk di salah satu kursi di halaman tempat kami menginap,menantikan temanku si tukang tidur itu terjaga,hari sungguh indah di sini namun aku harus kembali ke tempat hingar bingar itu...

"Selamat pagi" sebuah suara lembut membuat ku menoleh ke depanku. Berdiri seorang pemuda dengan wajah yang masih mengantukrambut bergelombangnya acak-acakan namun dia memberiku senyum manis dan tatapan teduh yang sama.
"Pagi" sapaku juga'dengan suara serak yang tidak sebagus dia.
"Ayo jangan duduk saja nikmati pagi terakhirmu di sini,kapan kamu akan bisa menghirup udara segar sebanyak ini" katanya "Ayo kesana" tangannya menunjuk sekumpulan orang. Orang-orang yang sama yang bersamaku berlibur ke tempat ini.
Aku mengangguk bersemangat,bersiap mengikutinya,namun si tukang tidur yang tadi ku tunggu datang memohon-ah tidak- lebih tepatnya merengek padaku untuk diantarkan mencari sarapan. Aku memandang pemuda dengan tatapan teduh itu meminta maaf. Dia tersenyum dan berkata tidak apa-apa lalu berjalan pergi menuju teman-temannya.

Hingga waktu pulang aku mencuri-curi pandang ke sekelilingku,dia tidak terlihat d manapun,sialnya lagi dia tidak satu bus dengaku dalam perjalanan pulang..Jengekel sedikit,teman2 kami memang punya hobi yang sama menginterupsi temanya yang sedang mengobrol.. tidak apa-apa aku yakin pasti ada lain waktu,kami berada di satu kota yang hingar bingar itu kan ? aku percaya akan bertemu dengannya lagi...

Aku selalu akan mengingatmu dan tatapanmu yang teduh itu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar