Aku memandangi sunset yang indah di salah satu pantai
paling indah di Bali,tak jauh dariku seorang lelaki mengarahkan kameranya ke
padaku,membidik sosokku,aku mengerling kesal ke arahnya,dan dia hanya tertawa
lalu menghampiriku,menciprakan air ke arahku,dia bermain sesukanya,seperti anak
kecil, aku tersenyum kearahnya,bukan karena kelakuannya tapi karena dia salah
satu malaikat yang bisa membuatku
tertawa dulu……
Aku lari,lari dari kenyataan lebih tepatnya. Lari ke
benua tetangga. Umurku 17 tahun kurang 2 bulan saat itu,setelah kejadian
mengerikan –yang kupikir membuat hidupku hancur,yah memang hidupku hancur kala
itu, diremehkan orang,dipandangi dengan belas kasihan,didekati orang yang ingin
mencari muka,dan satu persatu temanku pergi,semua termasuk dia,orang yang
kuharapkan tetap berdiri disisiku- jadi aku memutuskan untuk tiggal bersama
adik bungu Bunda di Melbourne,Australia. Tanteku satu ini masih muda,baru 28
tahun,dengan senang hati menerimaku di sana,untungnya punya tante Psikolog
adalah dia tidak pernah sekalipun bertanya tentang kenapa aku kesana-walaupun
ku kira dia tahu dari Bunda- dia tempat curhat yang amat sangat menyenangkan.
Aku pergi sekolah disana –tentu saja- di sana,siapa yang
tau seperti apa masalahku yang kutinggalkan jauh-jauh di Indonesia. Disana pula
aku bertemu seorang teman,namanya Elang,dia tinggal satu lantai di bawah
apartemenku.seseorang yang seharusnya mudah ku ajak berteman,dengan sikapnya
yang sangat bersahabat,namun nyatanya ? aku terlalu kaku,benteng yang ku bangun
selama bulan-bulan mengerikan di Indonesia terbawa hingga ke Melbourne,El ku
anggap sama dengan orang-orang diluar sana,sama mengerikannya dengan orang yang
membuat hidupku hancur. Hebatnya dia,sesering apapun aku mengabaikannya,dia
tidak pernah kesal padaku,tidak pernah marah,malah semakin sering
mengikutiku,dia tuli atau bodoh ? 3 bulan pertamaku terasa sangat mengesalkan.
Bulan keempat kuputuskan untuk memberinya celah masuk ke kehidupanku,tapi hanya
sampai di halaman,pintu masuk benteng hatiku masih terkunci rapat. Dia teman
yang menyenangkan,dan sopan.
Aku ingat percakapanku dengannya,ketika dia bertanya
padaku,kenapa aku pidah menjelang semester akhir. Saat itu kami duduk berdua di
kursi pojok cafetaria yang tak begitu diinginkan orang “Kei,lo pindah kesini
kenapa mempet akhir semester ?” tanyanya kala itu. Aku memberinya tatapan tidak
suka “Bukan urusan lo” hanya itu jawabanku. Dia tidak bertanya lebih
lanjut,tidak mencecarku seperti yang lainnya,malah dia mengubah arah
pembicaraan. 1 poin plus yang aku temukan padanya.
Pelan-pelan aku yang tertutup bisa dibuatnya kembali
seperti dulu,sedikit demi sedikit dia mendekati tembok-tembok kokoh yang
membentengi hatiku,tanpa aku sadari,dia sudah ada di dalam sana,merobohkan
semuanya. Anehnya aku tidak merasa marah karena dia telah menyelinap dan
mengancurkan tembok kokoh yang menjaga hatiku.
Akhirnya aku bercerita padanya kenapa aku pindah,rekasinya
? membuatku tersenyum,dia tidak melihatku dengan pandangan jijik atau dengan
belas kasihan,dia hanya merangkulku,menepuk-nempuk punggung tanganku dan
berbisik “Good girl,lo kuat Kei,dan memang begitu” bisiknya di telingaku “lo
nggak perlu takut apapun,masih ada keluargalo,dan ada gue di sini,selalu”
Sekarang dia calon dokter,sebentar lagi dia akan wisuda,Aku
memutuskan kembali ke Indonesia,melanjutkan kuliah di salah satu Universitas
favorit, aku bisa membuktikan kalau aku kuat,aku siap untuk kembali bertemu
orang-orang yang beberapa tahun lalu memandangku dengan jijik dan belas
kasihan, yang memperlakukanku dengan baik hanya untuk mengambil hati Ayah yang
punya posisi bisnis cukup bagus.Aku benci kala itu,aku benci orang-orang itu.
Sekarang aku hanya menganggap mereka angin yang lewat,tidak mempengaruhi
hidupku,Elang ternyata benar,aku masih bisa mendapatkan teman yang baik,aku
punya 2 sahabat di sini yang tetap menerimaku dengan segala kehidupanku. Aku dan Elang masih masih berkomunikasi,saat
ini dia sedang berlibur ke Indonesia. Dia soulmateku,satu-satunya aku akui
itu,untuk yang lebih sepesial dari itu aku tidak tau,biarlah semuanya mengalir
sejalan dengan waktu.
Ini kisah salah satu penghuni dunia rahasiaku :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar